Cerita Dewasa - Pengalaman Bercinta Saat Kerja di Indomaret
Cerita Dewasa - Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.
“Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?”
“Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,”
“Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,”
“Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,”
“Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,”
“Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,”
“Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,”
Mas
Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga
ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.
Beberapa
saat kemudian sang Mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma
tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan
berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas
selangkangan Mas Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat
melihat barang perkasa Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk
dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar
dua puluh centimeter. Pantes aja Mamanya keenakan banget.
Andre
membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu membetot
lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari
punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul
pikiran nakal di benak Andre. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan.
Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu
dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri,
Andre merekam persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu.
Sang
Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma
membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan
terdengar keras,
“Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,”
Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mamanya dan Mas Dharma.
“Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh,” erangan Mas Dharma kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Andre.
“Hihh.. Beginihh.. Hihh..,”
“Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,”
“Hihh.. Beginihh.. Ohh..,”
“Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,”
Tiba-tiba
tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh
menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan
bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas
Dharma mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.
“Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..,” Mama meracau semakin menggila.
Kepalanya
bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh
keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan
sang Mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat. Tak sampai lima
menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti.
Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet
selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.
“Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,” erangnya.
Mas
Dharma terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala
sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena
orgasmenya.
“Saya lanjuthh yah buhh..,” kata Mas Dharma minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
“Silakan Dharmahh.. Ohh..,” suara sang Mama terdengar lemas.
Mas
Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya
dari lobang vagina sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang Mama
kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet.
Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama.
Andre bisa melihat tubuh Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma
dengan penuh keperkasaan.
“Sakit buhh.. Ahh..?”
“Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh..”
Tak
sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali
bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang
Mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk
kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah
keringat. Dengan penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya
naik turun mengocok batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah
dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda
ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,
“Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,”
“Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..,” racau Mas Dharma.
“Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,”
Begitulah.
Permainan cabul antara Mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan waktu
tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk
kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan
Mas Dharma ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.
Andre
sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar
penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas
Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila
ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme,
perlahan-lahan Andre meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang
menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat
meninggalkan kamar, Andre, masih sempat melirik Mamanya dan Mas Dharma
yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat
lelah.
Andre
segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin.
Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas
Dharma nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.
Setiba
di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil
duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih
polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya
tersenyum senang menyambut kedatangan Andre.
“Kok telat Ndre?” tanyanya.
“Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi,” jawab Andre nyengir, “Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,”
Calvin
mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh
Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU
itu melaju menuju sekolah mereka.
“Kok enggak bawa baju olah raga Vin?” tanya Andre di tengah perjalanan.
“Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang,” jawabnya.
“Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya Andre menggoda.
“Dua-duanya. Hehehe,”
“Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?”
“Maksud lo?”
“Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,”
“Enak aja!”
Andre
tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya
memang sudah ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar
menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar