Cerita Dewasa - Pengalaman Bercinta Saat Kerja di Indomaret
Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi Andre semakin meningkat. Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Calvin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.
Sepanjang
perjalanan menuju ke rumah Calvin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas
Dharma sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre. Apalagi ketika
tadi Mas Dharma asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat
sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler.
Andre
hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah raganya
tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia terlupa
mengambilnya lagi saat pergi. Segera Andre memutar laju sepeda motornya
kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket
tak dibawanya.
Tak
sampai lima belas menit, Andre sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil
sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.
“Dasar Mama, beres-beres aja lama banget,” pikirnya.
Dicarinya
ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia
segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali
pembantunya itu menyimpan tasnya.
“Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?” tanya Mbak Minah.
“Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?”
“Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre tinggalin dimana?”
“Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,”
“Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,”
“Mas Dharma kemana Mbak?”
“Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,”
Andre
segera menuju kamar tidur Mas Dharma. Tapi tak ada orang disana. Ia
hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma dan Mas
Fadly. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke
dapur menemui Mbak Minah.
“Enggak ada Mbak, kemana ya?”
“Coba
liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas
Dharma ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu
Mas,”
Andre
segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur
kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja
sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci.
Andre segera menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih
di kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dharma
pada Mamanya. Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak
terkunci. Andre segera memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat
duduk di meja riasnya. Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong.
Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang disana.
Matanya
kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya
dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka
sedikit. Andre mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana,
pikirnya. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu,
telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia
menghentikan langkahnya, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu.
Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan keras. Perasaannya mulai tidak
enak. Suara yang didengarnya itu adalah suara-suara erangan-erangan
tertahan, milik laki-laki dan perempuan.
Andre
semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan
kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata
Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas
meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang
asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain
tiada bukan adalah Mamanya dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa
lemas, jantungnya seperti mau copot.
Dari
tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih
oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar
diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat
dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang
Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma,
karena terhalang oleh paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya,
batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina
Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya maupun Mas Dharma sama-sama
mengerang-erang keenakan.
Andre
tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah
menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya.
Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan
selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan
perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!
Andre
tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah,
tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik
kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas
tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar
racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan sang ajudan.
“Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,” racau Mamanya.
“Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,”
“Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,”
“Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,”
“Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,”
“Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,”
“Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??”
“Yahh.. Iyahh.. Buhh..,”
Meskipun
sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat
merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda
kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar
itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma
itu. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka
benar-benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak mampu menahan
kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik
celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.
“Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..,” racau Mamanya lagi.
“Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,”
“Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,”
“Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar