Cerita Dewasa - Linda Si Marketing Manager Cantik dan Sexy
Malam itu aku pulang dengan hampa dan menahan gejolak nafsuku. Sesampainya aku di rumah, aku langsung bermasturbasi sambil membayangkan bersetubuh dengannya.
Sejak
hari itu, bila bertemu sikap kami biasa saja, hanya saling menyapa,
bahkan kurasakan dia agak menjauhiku. Dan hal ini berlangsung cukup lama
sampai kira-kira delapan bulan lamanya.
Aku
sudah hampir melupakan niatku untuk bercinta dengannya sampai suatu
saat ada berita di pagerku (saat itu aku belum punya Hp) berupa undangan
ke rumahnya untuk menepati janjinya waktu itu dia mengajakku makan
merayakan ulang tahunnya. Aku telepon dia dan membuat janji (waktu itu
suaminya bertugas ke luar kota).
Malam
itu pkl.10.00 aku datang ke rumahnya. Kembali aku disambut dengan
pakaian yang menggairahkan berupa kaus tipis tanpa lengan dan rok pendek
yang memperlihatkan cetakan pantat dan celana dalamnya. Dari
pengalamanku yang lalu aku tidak ingin ceroboh lagi.
“Kok sepi-sepi saja, Lin? Suamimu berapa hari tugas ke Jakarta?” tanyaku setelah beberapa lama berbasa-basi.
“Empat hari. Eh, mau minum, Ron?”tanyanya.
“Boleh,” jawabku.
“Aku tadi dapat pinjaman VCD dari temanku di kantor, dan aku belum nonton. Kamu sudah pernah nonton nggak?”
Tanyanya sambil meletakkan minuman dan kemudian melangkah ke almari dekat kursi tamu.
“Mana sih, aku lihat dulu judulnya,” jawabku.
Setelah
diserahkannya, aku teliti ketiga VCD tersebut, dan aku agak terkejut
karena salah satunya merupakan film mandari yang XX alias semi.
“Yang
dua sudah nonton sih, juga yang mandarin ini, Cuma waktu itu belum
selesai. Kamu pengen nonton yang mana? Kalau aku yang mandarin ini aja,”
jawabku sambil berpikir untuk mencumbunya.
“Boleh aja, tapi VCD playernya ada di kamarku,”jawabnya.
Pikirku, wah kesempatan, nih. “Gak apa-apa kan, emangnya nggak boleh?” tanyaku memancing.
“Boleh sih, yuk, kita ke kamarku,” jawabnya sambil ngeloyor ke kamarnya di dekat ruang tamu.
*** Cerita Dewasa Sex ***
Setibanya
di dalam, kami berdua duduk manis di depan TV-nya sambil menonton. Lalu
aku mencoba untuk melingkarkan tanganku ke pundaknya. Dia tidak
bereaksi. Lalu aku makin berani untuk membelai kepala dan rambutnya yang
panjang dan lembut.
Dia
Cuma tersenyum saja aku perlakukan demikian. Lalu kusibakkan rambut di
sekitar lehernya dan aku cium perlahan sambil menjilatnya pelan.
“Ih, geli, Ron”katanya sambil bergidik.
“Tenang aja, kamu nikmati ya,”jawabku.
Aku
mencumbunya dengan sangat pelan. Mulai dari lehernya, kemudian aku
turun ke pangkal lengannya. Aku terus mencium dan menjilatinya perlahan
sementara tanganku tetap membelai rambutnya dan yang satu membelai
tangannya, tanpa aku berusaha untuk membuka pertahanannya yang manapun.
Linda makin lama makin menggelinjang karena kegelian dan nafsunya yang perlahan mulai naik.
“Ron, aku matikan saja ya VCD-nya? Toh juga nggak ditonton, sekalian lampunya ya,”katanya sambil sedikit terengah.
“Oke,”jawabku.
Lalu
dia mematikan VCD, TV, dan lampu kamar tersebut, sehingga situasi
remang, dan hanya diterangi oleh lampu teras. Walau demikian aku masih
bisa melihat jelas semuanya.
Setelah
itu aku kembali melanjutkan aksiku. Aku menciumi bibirnya sambil
membuka bajunya, sehingga dia hanya memakai BH dan roknya. Kemudian
setelah beberapa lama;
“Ron, kita buka aja semua yuk,” ajaknya.
“Ayuk,”jawabku, kemudian kami mulai melepas busana kami satu-satu sambil berdiri di tempat tidurnya.
Terpampanglah
pemandangan indah di depanku. Linda yang tersenyum manis, dengan
payudara berbentuk bulat sempurna dan terlihat sangat kenyal serta
bentuk tubuh yang mirip gitar spanyol, ramping, pinggul yang besar, dan
terutama daerah kemaluannya yang tidak terlalu lebat, namun terlihat
berbulu sangat halus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar